Aku pernah bergabung dengan sebuah komunitas rohani di sebuah kota, yang bernama Asaf GenK. Asaf berarti sekumpulan orang-orang yang adalah pemuji Tuhan, GenK di sini bukan merupakan geng-geng seperti yang lain melainkan adalah sebuah singkatan dari Generasi Kristus. Asaf GenK dibentuk untuk mengumpulkan para remaja yang rindu dekat dengan-Nya. Di sini kami dibangun imannya, diasah talentanya, dan diamati perkembangannya.
Aku berada pada komunitas ini sekitar dua tahun sebelum akhirnya aku memutuskan untuk berpindah dari kota itu, bukan karena suatu hal yang penting kalau menurut orang-orang. Aku memutuskan hal itu karena pada saat itu aku berada di suatu titik di mana aku mengalami keterpurukan yang luar biasa sehingga saat itu aku merasa aku sudah tidak sanggup menerima kenyataan itu dan akhirnya aku memutuskan untuk pergi dari kota itu dan kembali ke kampung halamanku. Kembali bersekolah di kampung halamanku sebenarnya sudah diusulkan orang tua sejak setahun sebelum aku mengiyakan pada akhirnya.
Asaf GenK adalah suatu komunitas yang anggotanya tidak hanya dari satu sekolah, satu gereja, maupun satu wilayah. Di sini terdiri dari banyak sekali remaja yang berasal darii berbagai macam sekolah, gereja, dan tidak dari satu wilayah. Karena kami adalah komunitas yang dikhususkan pada pelayanan musik, kami dikelompokkan sesuai talenta kami, seperti musik, tari, suara. Setiap kelompok tersebut mempunyai beberapa mentor untuk membantu kami berlatih. Hasil dari latihan itu kami salurkan melalui ibadah pemuda yang kami adakan setap hari Minggu sore di gedung kami yang dinamakan Menara Kana. Kegiatan kami tidak hanya sebatas pelayanan di hari Minggu saja. Kami juga melakukan komsel, seperti persekutuan, setiap hari Selasa dan ibadah puasa setiap hari Sabtu. Kami pun tak jarang melakukan pelayanan ke pedalaman-pedalaman.
Sesuai talenta yang aku miliki, aku tergabung di kelompok musik, yaitu keyboard. Di situ aku tidak sendiri. Ada seorang teman yang sudah aku anggap saudara yang juga merupakan pemain keyboard, bernama Rini. Kami selalu berkolaborasi tentunya dengan pemusik yang lain dan menciptakan nada-nada harmonis. Selain musik, aku juga terkadang menjadi penari di sana bersama kakak-kakak yang cantik-cantik dan indah tariannya. Kami saling membangun tentunya. Di samping itu semua, kami ditumbuhkan imannya oleh Tuhan dengan digesek satu sama lain.
Aku menjalin sebuah hubungan dengan seorang pemain drum di sana (Asaf GenK). Dia sangat baik dan penyayang. Dia seperti seorang kakakku sendiri. Seiring jalannya waktu, hubungan kami pun diketahui oleh mentor kami. Kami disidang. Kami telah melanggar ketentuan komunitas kami. Seharusnya kami dilarang pacaran, karena pacaran adalan suatu proses persiapan untuk pernikahan. Di situ kami merasa sangat bersalah, karena berkali-kali diingatkan namun kami tetap saja melanggar. Dengan dibantu kakak mentor, kami dituntut membuat sebuah komitmen yaitu saat itu kami putus dan akan kami lanjutkan setelah lulus SMA nanti, namun dengan satu syarat yaitu kami tidak boleh berpacaran dengan siapapun selama menunggu waktu itu. JLEG!
Rini, sahabatku, dengannya aku selalu bersama. Kami saling berbagi saat suka dan duka. Dia pun pernah mengalami hal yang sama, disidang, dengan seorang drumer juga yang tak lain adalah sepupu dari Radit, lelaki yang aku sayangi itu. Aku dan Radit, Rini dan Kevin, kami sama-sama saling menjalin hubungan baik di antara kami. Aku dan Rini sudah kenal dekat dengan keluarga mereka.
Suatu ketika, Radit dikabarkan menjalin hubungan khusus dengan Mira, seorang dari kelompok penyanyi. Ini sangat membuatku terluka. Mira, anggota baru, sudah bisa seperti itu dengan Radit, bahkan dia menarik hati kakak-kakak mentor untuk berpihak padanya. Aku berkali-kali konflik dengan dia yang juga selalu pada akhirnya pun kakak-kakak mentor kami turun tangan. Namun anehnya mereka tetap saja berpihak pada Mira. Aku tak punya teman. Hanya beberapa dari pemusik. Rini setia bersamaku. Pernah dia pingsan setelah cekcok dengan Mira. Begitu kejamnya Mira. Aku cuma bisa berserah.
Seminggu sebelum perjalanan ke Nabire, aku mengetahui bahwa selama itu Radit menjalin hubungan dengan Rini. Kondisiku saat itu tiba-tiba drop dan berusaha tidak bertemu dengan mereka. Aku memutuskan tidak ikut pelayanan ke Nabire. Mengingat mamaku pernah menyuruh kembali ke kota asalku, aku segera mengiyakan. Aku yang sudah seperti orang stress saat itu berpamitan kepada kakak-kakak mentor. Ada seorang kakak yang mengatakan sesuatu yang sangat menyakitkan yang masih aku ingat sampai sekarang. Ia berkata bahwa memang sebaiknya aku pergi daripada menjadi BATU SANDUNGAN di antara teman-teman. Aku tak habis pikir mengapa Mira memberi pengaruh besar hingga kakak mentor pun sampai tidak percaya padaku.
Dari semua yang aku alami di atas, aku mendapat pelajaran yang sangat berharga. Aku lebih menghargai dan patuh pada peraturan, dan aku belajar untuk mengampuni dan melupakan kepahitan yang pernah aku alami. Kini aku telah mengampuni mereka. Tentang janji dan komitmen, kamii sama-sama telah melanggarnya. Mungkinkah kami akan kembali? Entahlah. Hubunganku dengan orang tuanya maupun dia dengan orang tuaku pun sudah renggang sejak setahun lalu. Untuk ke depannya aku serahkan sepenuhnya ke dalam tangan Tuhan. Aku percaya Tuhan telah siapkan jalan yang indah di depan sana.
note:nama disamarkan
