20111206

Nanti? All I Obey

Sudah sejauh ini, haruskah aku tetap diam?
Sudah sejauh ini, haruskah aku terus menangis setiap malam tanpa tahu?
Sudah sejauh ini, haruskah aku bertahan dengan kemunafikanku? Munafik, pura-pura tidak tahu, pura-pura cuek, pura-pura membebaskan, pura-pura santai.
Bertahan dengan kemunafikanku? Sementara dirimu pun munafik di depanku.
Kamu tidak tahu kan bahwa aku tahu semua yang kamu sembunyikan?
Kamu tidak tahu kan bahwa selama ini aku diam bermaksud membiarkan kesadaran dari benakmu muncul dan kemudian paham apa yang "harus" atau mungkin lebih tepatnya "hal yang manusiawi" kamu lakukan?
Kamu tidak tahu kan bahwa aku selalu berusaha berpikir bahwa semua yang selama ini ada hanyalah proses menuju hal yang selalu aku harapkan, dan semua yang selama ini ada akan berakhir secepatnya?
Kamu tidak tahu kan bahwa aku selalu berusaha bahagia dengan semuanya ini?
Kamu tidak tahu kan bahwa aku selalu membela jika ada yang menjatuhkanmu di depanku?
Kamu tidak tahu kan bahwa aku selalu membanggakanmu di depan mereka, demi menutupi semua keburukanmu yang mungkin mereka tahu?
Kamu tidak tahu kan bahwa aku selalu menahan amarahku dengan memandang pada sesuatu yang aku (dan mungkin kamu) komitmenkan? Tentang apa? Tentang sesuatu yang (mungkin) hanya kita yang tahu. Dan sepertinya hanya kamu anggap sebagai "nanti", bukan "sekarang".
Sedangkan sekarang belum saatnya. Namanya saja nanti. Nanti ya nanti. Sekarang saatnya bersenang-senang, right? Oh God, pemikiran yang dangkal!

Sesuatu yang sudah dikatakan, yang keluar dari mulut kita sendiri, adalah doa. Semua yang kita ucapkan bahkan yang tidak kita ucapkan, Tuhan mengetahui dan Tuhan menyetujui yang pasti nantinya terbaik buat kita dan sekitar kita. Semuanya tidak menutup kemungkinan jika sesuatu yang dikatakan itu tidak dari hati.
Jika sudah direncanakan, apalagi sudah ada yang bahagia, haruslah sepantasnya dijalankan (usaha menjaga dan mewujudkan) sebisanya sejak dini. Bukannya membiarkan hidup dengan "mimpi" itu tanpa menjalankan proses menuju "mimpi" itu dan membiarkan yang lain -yang juga menulis mimpi itu- bahagia dengan hanya bermimpi dengan menganggap itu sudah pasti akan terjadi tanpa harus memprosesnya. Sesuatu yang diimpikan tidak mungkin terjadi tanpa kerja keras dan kedewasaan menghadapi masalah-masalah yang menghalangi. Itu pemikiran saya, yang jelas sangat bertolak belakang dengan pemikiranmu. Sekian.

7 comments:

  1. emosinya kerasa banget ya?
    em, satu lagi. pengulangan kalimat itu keren tauk. semacam penegasan yang dilakukan berulang-ulang. hasilnya? bagus

    ReplyDelete
  2. publish dong d fesbuk?
    apa tak bantu mublish? :'D

    ReplyDelete
  3. inget cak, mungkin mereka udah tau, bahkan udah baca ini postingan. tapi mereka hanya PURA-PURA tidak tau
    *makin ngelantur

    ReplyDelete